Sabtu, 13 Oktober 2012

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel "Belenggu" Armijn Pane


               
                 Ini tugas bahasa Indonesia punya gua. Guru bahasa gua mau kelas gua dan kelas-kelas yang lain nyari novel. Katanya satu kelas minimal ada 5 novel roman. Akhirnya gua dan temen-temen gua nyari novel di Pasar Senen. Entah kenapa gua tertarik sama novel Belenggu ini. Ternyata novel yang kita bawa, kita analisa unsur intrinsik dan ekstrinsiknya. Dan ini hasil analisa punya gua. Maaf kalo jauh dari kata sempurna :)







A.           Pendahuluan

1.              Judul       : Belenggu
2.             Penulis      : Armijn Pane
3.             Sinopsis    :
Dia tertiarap dilantai, kedua belah tangannya bersila menutupi matanya. Badannya tersentak-sentak karena menangis tertahan-tahan. Kartono melutut, hendak mengangkat badan Yah. Yah menolak “Biarkan dahulu.”
“Air matanya yang membendung hati ku telah mengalir … tidak kah ka ingat dengan Rohayah?”
Kartono bangun berdiri karena herannya : “Rohayah, Rohayah!” katanya berulang-ulang seolah-olah menghafalkan nama Negeri, hendak mengingatkan barang apa yang sudah dipelajarinya tentang Negeri itu.
“Engkaulah Rohaya? Rohayah kawanku dahulu?”
Rohayah tersenyum : “Bukan, kawanmu sekarang.” Katanya pula sungguh-sungguh : “Percayalah engkau aku Rohayah? Dahulu aku menyebut diriku Nyonya Eni, engkau percaya. Mengapakah aku tidak mungkin ROhayah? Apakah perlunya engkau ketahui siapa aku sebenarnya? Apakah nama?”
Kartono tersenyumpula: “karena lagu lama timbul lagi, lakon lama tersambung … ah, engkau rupanya selalu dalam hatiku …”
“Tertimbun oleh ingatan akan gadis-gadis yang ribuan banyaknya”
Kartono tiada peduli akan olok-olok itu, dia terus juga: “..terus pendam dalam perbendaharaan hatiku tersimpan baik-baik..”
 “yaitu sepenggal nama saja...”
“tiada ku ketahui, timbul juga namamu dengan tiada kuketahui, karena bayang-bayangan ingatan yang tergambar pada air mukamu”
“Tono, tapi bayang-bayang saja, tetapi tahu tidak”
“Tahu, tahu Yah, perasaanku tiada salah, pikiranku tiada tahu, tapi perasaanku merasa”
“Tapi kalau tiada ku katakan”
“Engkau aku tiada tahu”
“Engkau tiada tahu aku Rohayah”


B.            Isi
1.             Unsur Intrinsik
a.            Tema
Novel ini berisi tentang kisah manusia biasa. Lebih dominan menceritakan cinta segitiga antara Sukartono, Sumartini dan Rohayah.

b.           Amanat
Novel ini mengajarkan kita untuk saling berbaggi dan tolong menolong dengan sesama. Banyak kritikan tentang sosial yang tajam dan bisa menjadi sebuah pembelajaran bagi generasi muda.

c.            Alur
Alurnya campuran. Sebegai contoh pada saaat Kartono berada dikamar Rohayah, di situ Kartono mencoba mengingat kembali masa-masa dia bersama Yah waktu dulu. Dan setelah itu Kartono dan Yah semakin dekat, Kartono sering mengunjungi Yah.

d.           Latar
1.             Latar tempat  : di Rumah Sakit, Kamar yah, Bandung dan Tanjung                          Priok
2.             Latar waktu   : Pagi, siang dan malam hari

e.            Sudut pandang
Sudut pandang pada novel Belenggu, Armijn Pane tidak menceritakan tentang dirinya, melainkan dia menceritakan orang lain. Dengan kata lain, pengarang sebagai orang ketiga.

f.             Tokoh
         a. Sukartono : Baik, sangat mencintai pekerjaannya, penyayang, dan sabar
         b. Sumartini  : Modern, mandiri, dan memiliki ego yang tinggi
         c. Rohayah   : Lemah lembut, dan Penuh perhatian

g.            Bahasa                    : Bermajas dan berdiksi
1.             Majas
·       Personifikasi
“Yah, tiada gelap, tiada tersembunyi, ialah pemandangan luas, disinari matahari, pemandangan lepas, tiada teralang oleh barang sesuatu juga. Tini gelap, pintu jiwanya tertutup, dikuncinya, kesimpulan pikiran yang hidup tersembunyi dalam dirinya. Tini gunung berapi yang banyak tingkah.”
·      Metafora
“Ah, engaku seperti anak yang merenyeh-renyeh”
·      Hiperbola
“Engkau menempuh jalan kesenangan, aku menempuh jalan berduri, melukai seluruh jiwaku”

2.             Diksi
·      Makan angin         : Jalan-jalan
·      Air muka               : raut wajah
·      Lagu lama             : kenangan
·      Kerasan                 : merasa senang disuatu tempat

2.             Unsur Ekstrinsik
a.            Adat            :
Jika suami pulang kerja, hendaknya istri menyambutnya, mempersilakan duduk, menganggalkan sepatunya.
b.           Etika           :
Kartono, seorang dokter yang selalu ramah kepada setiap pasiennya.


C.           Komentar / Pertimbangan
1.             Baik
Novel ini mengajarkan kita untuk rela berbagi dan berkorban untuk orang lain. Dan yang membuat menarik dari novel ini adalah permainan perasaan pengarangnya. Dan novel ini adalah peralihan bahasa Melayu modern ke bahasa Indonesia.

2.             Buruk
Novel Belenggu adalah imitasi dari roman barat, karena banyak menggunakan bahasa Melayu dan bahasa Belanda. Bagi yang sudah biasa dengan bentuk buku roman barat modern pasti mengerti maksud dari pengarang. Tetapi bagaimana mereka yang tidak mengerti bahasa belanda, mereka kesulitan untuk memahami jalan cerita.

D.           Penutup
Meskipun tidak sedikit pembaca yang kesulitan memahami bahasa yang digunakan, tetapi novel ini tetap dinikmati dan penuh dengan muatan pesan yang dapat direnungkan dan diterjemahkan lebih dalam. Permasalahan dalam cerita juga tidak terlalu rumit, karena cerita diambil dari kisah kehidupan manusia biasa. Jadi buku ini dapat dibaca oleh para remaja dan orang dewasa yang ingin mengisi waktu senggangnya.

Lupakanlah, matikanlah angan-angan. Lepaskanlah belenggu ini. Buat apa bergantung pada zaman dahulu”.Coba angan-angankan, jiwa digantung! Mari tuan-tuan, nyonya-nyonya, disini ada jiwa digantung!”

”Haru biru yang selama ini dalam hatinya sudah hilang sama sekali. Belenggu yang sebagai mengikat semangatnya sudah terlepas. Di hadapan mata semangatnya dengan terang memanjang jalan yang akan ditempuhnya.”